Kuliah umum Hubungan Internasional dengan tajuk “Tantangan dan Peluang Diplomasi Indonesia di Era 4.0” diselenggarakan di Auditorium FISIP pada Jumat (2/11) pagi. Kegiatan ini mengundang pemateri dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemenlu RI), Al Busyra Basnur.
Pada sesi perkuliahan ini, Busyra mengajak mahasiswa untuk cerdik melihat peluang ikut serta dalam kegiatan diplomasi. Sebab, ia berkata, diplomasi tidak hanya dapat dilakukan oleh diplomat saja. “Ada yang dari pemerintah (diplomat), dan ada yang non-pemerintah, seperti individu-individu, mahasiswa, pers, akademisi, LSM, organisasi komersial, kelompok keagamaan, dan WNI yang ada di luar negeri,” terangnya.
Busyra menilai, saat ini Indonesia memiliki peran yang sangat besar dalam diplomasi internasional. Setelah diangkat menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, Indonesia punya kesempatan untuk unjuk gigi dalam kegiatan diplomasi dunia. “Saat ini, prioritas hubungan yang harus ditingkatkan adalah Afrika dan Amerika Latin,” kata pria yang menjabat sebagai sekretaris direktorat jenderal informasi dan diplomasi publik ini.
Demi memanfaatkan peluang ini, diplomat-diplomat di Kemenlu RI mendapat pendidikan Information Technology (IT). Khususnya dalam kajian mengenai teknologi internet dan media sosial. “Diplomat harus memaksimalkan pemanfaatan gadget dan memanfaatkan media sosial,” ujar Busyra, mengutip pernyataan Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi.
Salah satu kegiatan yang tengah gencar diadakan oleh Kemenlu adalah forum-forum lintas agama dan budaya yang membicarakan demokrasi dan keberagaman di Indonesia. Mereka mengajak tokoh-tokoh keagamaan dan kebudayaan di Indonesia ke luar negeri untuk langsung membagi pengalaman mereka. “Dipertemukan dengan counterpart-nya untuk membicarakan harmony and diversity. [Cerita] mereka lebih bisa dipercaya daripada diplomat [yang bercerita],” ujar Busyra. (M. Berlian)