FisipUPNVJ – Program Studi Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UPN “Veteran” Jakarta baru saja menggelar kuliah tamu dengan pembicara istimewa, Dr. Frédéric Martel.

Dr. Frédéric Martel adalah seorang peneliti dan penulis ternama. Beliau memiliki gelar Doktor dalam Ilmu Sosial dan empat gelar Master di bidang Hukum, Ilmu Politik, Filsafat, dan Ilmu Sosial (Universitas Sorbonne). Beliau pernah menjadi peneliti tamu di Universitas Harvard dan mengajar di Sciences-Po Paris serta program MBA HEC Business School di Paris. Sejak 2020, Dr. Frédéric Martel menjabat sebagai profesor di Universitas ZHdK di Zurich, Swiss, dan memimpin Pusat Ekonomi Kreatif Zurich (ZCCE). Selain sebagai akademisi, Dr. Frédéric Martel aktif sebagai jurnalis. Beliau memproduksi dan memandu program radio mingguan “Soft Power” di Radio Nasional Prancis (France Culture/Radio France).

Kegiatan kuliah tamu tersebut bertemakan “Revisiting Some Challenging Issues Between Global South and The West”. Dalam diskusi tersebut, Dr. Frédéric Martel mengeksplorasi hubungan antara agama dan pemerintahan, terutama dalam konteks Prancis dan Barat dibandingkan dengan Global Selatan. Di Prancis, ia menjelaskan, terdapat pemisahan antara agama dan pemerintah. Meskipun masyarakat dapat mempraktikkan agama mereka secara bebas di publik, pejabat pemerintah dan guru di sekolah negeri diharapkan tetap netral secara agama dan tidak menunjukkan afiliasi agama mereka.

Selanjutnya, Dr. Frédéric menelusuri sejarah perlawanan Global Selatan terhadap imperialisme Barat dan perkembangan Semangat Bandung serta Gerakan Non-Blok pada tahun 1950-an dan 1960-an. Ini mewakili upaya negara-negara di Global Selatan untuk menegaskan hak mereka atas penentuan nasib sendiri dan menolak dominasi Barat. Namun, pembicara mengakui bahwa praktik beberapa pemimpin dan negara di Global Selatan, seperti Fidel Castro di Kuba, tidak selalu sesuai dengan cita-cita Semangat Bandung.

Dr. Frédéric menyarankan bahwa baik Prancis, Barat, maupun negara-negara Global Selatan kadang-kadang gagal menerapkan nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan penentuan nasib sendiri secara konsisten. Ia menekankan pentingnya diplomasi dan dialog untuk menjembatani perbedaan dan menemukan titik temu. Di sinilah negara-negara seperti Indonesia memainkan peran penting sebagai jembatan antara Timur dan Barat, mempromosikan perdamaian dan stabilitas global.

Secara keseluruhan, diskusi ini oleh Dr. Frédéric mengeksplorasi hubungan yang kompleks dan kadang-kadang kontradiktif antara agama, pemerintahan, dan kedaulatan nasional, baik di dalam Barat maupun antara Barat dan Global Selatan.

“Diskusi hari ini sangat menginspirasi,” ujar Musa Maliki, Ph.D., Wakil Dekan FISIP Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama, yang juga salah satu dosen di Program Studi Hubungan Internasional. “Sebagai seorang akademisi yang juga mengagumi pemikiran para filsuf Prancis, saya merasa sangat terhubung dengan tema yang diangkat oleh Dr. Martel. Saya berharap diskusi seperti ini dapat terus diadakan untuk memperkaya wawasan mahasiswa dan sivitas akademika kita.”

Musa juga menambahkan bahwa kehadiran Dr. Frédéric Martel memberikan kesempatan berharga bagi mahasiswa untuk berinteraksi langsung dengan seorang pakar internasional. “Mahasiswa kita sangat antusias dengan topik ini, dan saya yakin mereka akan banyak belajar dari pengalaman hari ini,” tambahnya.

sesi foto bersama
× Hubungi Kami