Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik

FISIP UPNVJ – Orang-orang yang menghuni kawasan Nusantara ini ternyata memiliki kesamaan genetik, Mereka memiliki ikatan persaudaraan yang lebih kuat ketimbang yang diduga selama ini. Begitulah paparan hasil studi literatur yang disampaikan Prof. Mohamad Revanee Bustami. dalam International Conference on Social Sciences and Humanities yang diselenggarakan oleh FISIP UPN Veteran Jakarta pada tanggal 15 November 2018 lalu.

Guru besar Sosiologi-Antropologi dari Universitas Sains Malaysia ini lebih lanjut menyatakan bahwa sebelum jaman Es terakhir terjadi sekira 16.000 tahun lalu (Golden Glacial Maximum), wilayah nusantara ini masih menyatu dengan daratan Asia, maksudnya Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa dan banyak pulau-pulau kecil lainnya menyatu dengan semenanjung Malaysia dan daratan Asia secara keseluruhan. Dengan mengutip pendapat Stephen Oppenheimer dalam bukunya yang berjudul Eden in the east: The Drowned Continent of South East Asia (1998), Prof. Revanee menyebut satu kesatuan daratan tersebut sebagai “Sundaland” atau dataran sunda. Satu kesatuan daratan tersebut juga menunjukkan adanya satu kesatuan karakteristik penduduk yang mendiami wilayah tersebut. Artinya para penduduk nusantara ini bukan sekadar serumpun tapi bersaudara. mereka berasal dari tempat yang sama yang kemudian dipisahkan oleh pasangnya air lain akibat mencairnya Es yang kemudian membentuk pulau -pulau di kawasan Nusantara. Dengan fakta ini maka sesuangguhnya orang-orang Nusantara tidak berasal atau bermigrasi dari tempat lain seperti yang selama didengung-dengungkan lewat teori “Out of Taiwan” (yang menyatakan penghuni kawasan Nusantara ini berasal dari Taiwan), Karena mereka berasal dari Kawasan sendiri yang disebut sundaland maka teori yang seharusnya dibangun adalah konsep “Out of Sundaland”.

Dengan mendasarkan Diri pada teori “Out of Sundaland” maka dapat dikatakan bahwa pendudukan nusantara ini berasal dari ras yang sama dari genetik yang sama. Kesamaan ini harusnya memudahkan mereka untuk saling memahami dan saling bekerjasama. Penduduk di Kawasan nusantara yang kini tersekat-sekat oleh batas-batas teritorial negara atau nasionalisme/identitas kebangsaan tertentu harusnya mampu membangun kesadaran dan solidaritas nusantara yang bersifat transnasional dan mengatasi sekadar sekat-sekat kebangsaan. Mereka juga harusnya mampu membangun dan menyelesaikan konflik dia antara mereka dengan cara kekeluargaan dan damai.

Untuk membangun kesadaran sebagai warga nusantara, secara menarik Prof. revanee menawarkan konsep “Sumpah Alam Nusantara” yang menurutnya merupakan komitmen membangun kesadaran Bersama bahwa warga nuantara ini adalah bersaudara. Kenusantaraan sebagai identitas dan ikatan persaudaraan ini seharusnya lebih ditonjolkan dalam bekerjasama di kawasan dan memenangi kontestasi pengelompokkan kerjasama lainya yang berebut perhatian seperti seperti Trans Pacific, , East Asia (EAEC), China centre (Silk road), Malaysia-Indonesia (Nation oriented) atau Persemakmuran. Kerjasama Kawasan yang saat ini diwujudkan dalam wadah Asean sesungguhnya mirip dengan kawasan Nusantara yang memiliki akar yang lebih kokoh baik secara politik maupun budaya. Kerjasama Asean ini harusnya mampu menyatakan, mamajukan dan mendamaikan Kawasan. (AV)

× Hubungi Kami