FISIP UPNVJ – Atalia Praratya, atau yang akrab disapa dengan Teh Cinta, mengungkapkan bahwa seorang pembicara publik yang baik adalah seseorang yang cakap dalam story telling. Hal tersebut disampaikannya dalam sesi pertukaran dosen antara Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UPN Veteran Jakarta dan Universitas Widyatama, Bandung yang dilaksanakan secara daring pada hari Jumat (16/09/2022).

Setelah dibuka oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi FISIP UPN Verteran Jakarta, Dr. Fitria Ayuningtyas, Atalia Praratya segera memaparkan materi tentang Public Speaking untuk mahasiswa semester satu, Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UPNVJ. Dalam kesempatan itu, istri orang nomor satu di Jawa Barat tersebut membagikan berbagai macam tips dan trik dalam melakukan public speaking. Tidak ketinggalan, beberapa pengalamannya turut disampaikan dalam acara sore itu.

Menurut Atalia, kemampuan dalam berkomunikasi merupakan prasyarat utama yang harus dimiliki oleh generasi saat ini. Komunikasi yang baik dapat meningkatkan relasi, dan dengan relasi yang terbangun tersebut dapat membuka pintu kesempatan yang lebih luas.

Lebih jauh, Atalia juga menambahkan bahwa public speaking, sebagai salah satu bentuk komunikasi menjadi cukup penting untuk dikuasai. Public speaking memberikan seseorang kesempatan untuk bisa berinteraksi dengan khalayak besar, sekaligus menyampaikan ide dengan lebih efektif. Dosen produksi film dan televisi di Universitas Widyatama tersebut menegaskan bahwa kemampuan ini harus diasah secara konsisten.

“Dalam Public speaking, terdapat tiga faktor utama yang harus diperhatikan. Faktor tersebut adalah kata-kata, intonasi, dan bahasa tubuh serta penampilan”, ungkap Atalia. Atalia melanjutkan, bahwa kata-kata dan intonasi yang diatur dengan baik dapat lebih mengena dan masuk dalam hati dan pikiran Audiens, dibandingkan dengan intonasi yang lempeng-lempeng saja.

Atalia lantas membagikan rumus VIP kepada mahasiswa untuk mengolah kata atau unsur verbal dalam public speaking. Rumus tersebut merupakan singkatan dari Volume, Inflection, dan Pace, atau volume, nada suara, dan kecepatan. Rumus VIP tersebut dapat lebih jauh diramu menjadi sebuah teknik story telling.

Story telling yang baik, menurut Atalia, juga harus dikonstruksi oleh persiapan yang matang. Ada empat tahap yang harus disiapkan oleh seorang public speaker dalam menyampaikan story telling, yaitu pengetahuan tentang latar belakang audiens, pesan inti yang ingin disampaikan, menentukan call to action atau harapan kita terhadap audiens, serta tempat penyampaian pesan. Keempat hal tersebut harus secara matang diperhatikan agar teknik story telling tersampaikan secara efektif.

Selanjutnya, lulusan terbaik di program magister Ilmu Komunikasi Universitas Pasundan tersebut menjelaskan bahwa faktor non-verbal, seperti penampilan, postur, sikap tubuh, ekspresi, dan kontak mata, juga mengambil porsi besar dalam menentukan kesuksesan public speaking. Pemaknaan terhadap public speaker sering kali tidak terbatas pada konten saja, namun juga pada “bungkusnya”.

Tidak lupa, teh Cinta juga berbagi resep untuk mengatasi kegugupan dalam public speaking. Menurutnya, ada lima hal yang harus dilakukan seorang public speaker untuk menurangi kegugupan, diantaranya 3P, 3L, visualisasi, pemanasan, dan sapa audiens. 3 P bermakna praktek, praktek, praktek, sementara 3 L adalah latihan, latihan dan latihan. Visualisasi berarti membayangkan kondisi lapangan, dan menyapa audiens sebelum masuk ke materi inti adalah resep paling utama dalam meredam rasa gugup.

Terakhir, untuk menegaskan pentingnya latihan dan persiapan dalam public speaking, Atalia mengutip perkataan filusuf Romawi, Cicero, yang mengatakan “Barang siapa naik panggung tanpa persiapan, akan turun tanpa penghormatan”.

Acara ditutup dengan pemberian sertifikat secara simbolis oleh Wakil Dekan I FISIP UPN Veteran Jakarta, Dr. Kusumajanti, kepada Atalia, dan dipuncaki dengan foto bersama. (Sumber: Humas UPNVJ)

× Hubungi Kami