
FisipUPNVJ – Program Studi Ilmu Politik FISIP UPN “Veteran” Jakarta dan Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Lampung merealisasikan kerjasama dalam salah satu komponen tridharma perguruan tinggi, yaitu bidang pengajaran melalui program pertukaran dosen mata kuliah gender dan politik. Pada tanggal 9 Mei 2025, agenda dosen tamu dilakukan terlebih dahulu oleh Prodi Ilmu Pemerintahan, yang diisi oleh Dwi Wahyu Handayani, S.IP., M.Si dan Lilih Muflihah, S.I.P, M.I.P sebagai pengampu mata kuliah gender dan politik. Dalam perkuliahan yang dihadiri oleh kurang lebih 100 orang mahasiswa yang tergabung dari UPNVJ dan UNILA, Dwi membawakan materi mengenai “Kajian Teoretis dan Isu-Isu Terkini Persoalan Gender dan Pembangunan”. Dalam ulasannya ia menjelaskan bagaimana perempuan diletakkan pada isu pembangunan, baik sejak skema pendekatan Women in Development (WID) yang diperkenalkan dalam publikasi Easter Boserup di tahun 1970, lalu kemudian pendekatan Women and Development (WAD) sebagai realisasi atas kritik pendekatan sebelumnya, hingga hadir pendekatan Gender and Development (GAD) di tahun 1980-an. Dwi juga menjelaskan bagaimana realita yang terjadi saat ini pada perempuan, khususnya di Indonesia sebagai dampak dari pembangunan. Mahasiswa begitu antusias untuk bertanya terkait isu-isu perempuan dan pembangunan dalam fenomena sosial politik di Indonesia selama kuliah berlangsung via zoom.
Agenda pertukaran dosen mata kuliah gender dan politik term kedua dilaksanakan pada tanggal 20 Mei 2025 yang diisi oleh dosen pengampu mata kuliah gender dan politik FISIP UPN “Veteran” Jakarta, Dr. Ana Sabhana Azmy, M.I.P. Dalam perkuliahan yang dihadiri oleh kurang lebih 90 mahasiswa prodi ilmu pemerintahan FISIP UNILA, Ana membawakan materi perkuliahan tentang “Memahami Urgensi Perspektif Adil Gender dalam Penafsiran Agama”. Di awal pemaparan, Ana menjelaskan bagaimana kedudukan perempuan dalam berbagai agama dan bagaimana sosok perempuan ditafsirkan dengan dalih agama. Sejumlah masalah ketidakadilan gender dalam agama yang terjadi di lapangan juga di bahas dalam perkuliahan yang berdurasi kurang lebih dua setengah jam tersebut. Antuasiasme mahasiswa sangat terlihat selama perkuliahan, ditandai dengan berbagai pertanyaan yang ditanya oleh mahasiswa, baik tentang isu poligami, kesehatan reproduksi, fasilitas publik untuk perempuan hingga kepemimpinan perempuan dalam parlemen sebagai potret ketidakadilan gender yang membawa nama agama, memposisikan perempuan sebagai jenis kelamin kedua atas dasar penafsiran agama yang salah. Sebagai lanjutan, Ana juga memaparkan bagaimana tokoh-tokoh agama di Indonesia memiliki peran penting dalam mensosialisasikan perspektif adil gender atas penafsiran agama.
Agenda pertukaran dosen mengajar mata kuliah gender dan politik yang merupakan realisasi kerjasama antara dua institusi pendidikan ini mendapat apresiasi yang sangat baik dari dosen dan mahasiswa. Para dosen dan mahasiswa berharap bahwa program ini akan terus berlanjut dan berharap bahwa tidak hanya dalam skema bidang pengajaran, namun juga berlanjut pada bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dengan melibatkan mahasiswa di dalamnya.