FisipUPNVJ – Untuk memenuhi kerja dosen dan target universitas, bedah buku menjadi kegiatan intelektual yang diperhitungkan. Buku adalah jendela pengetahuan dan bagian dari alat peradaban. Dalam hal ini, Musa Maliki, PhD sebagai dosen Hubungan Internasional melakukan bedah buku dalam tema “Hubungan Internasional Indonesia” di Prodi Hubungan Internasional, UIN Alauddin Makasar dan Prodi Hubungan Universitas Fajar pada tanggal 11-14 November 2024. Dengan ditemanin oleh Laode Muhamad Fathun yang juga melakukan pengajaran di luar kampus, Musa membedah buku yang dieditnya, “Ilmu Hubungan Internasional Indonesia: Perspektif dan Pengembangannya” (2022) diterbitkan oleh Intrans, Malang.
Bedah buku ini bagian dari kerjasama antar kampus di Indonesia. Kolaborasi menjadi sangat penting dalam berkegiatan Tridharma Perguruan Tinggi. Bedah buku ini adalah awal dari kerja kolaborasi. Bedah buku ini menunjukkan kualitas dosen UPN “Veteran” Jakarta di mata mitra dan para sarjana Hubungan Internasional di Indonesia. Dengan bedah buku ini, maka diskusi berjalan dengan lancar. Diskusi yang ramai dan substansial selain menginspirasi juga memunculkan pengembangkan ilmu pengetahuan dan pengembanga buku yang dibedah, karena tentunya masih banyak kelemahan dan kekurangan dari buku tersebut.
Kegiatan diskusi bedah buku Musa ini dibungkus dengan narasi perkembangan keilmuan Hubungan Internasional di Indonesia. Bedah buku ini berlangsung menarik karena berargumen bahwa kajian Hubungan Internasional di Indonesia masih terjajah oleh kajian Hubungan Internasional Amerika. Oleh sebab itu, dalam buku itu banyak kritik terhadap kajian Hubungan Internasional yang diproduksi dari Barat, khususnya Amerika.
Buku dan artikel yang ada dan dibaca serta sah secara akademik bersumber dari Amerika dan sekutunya. Sarjana Hubungan Internasional Indonesia masih percaya akan hal itu. Oleh sebab itu, buku ini muncul demi menantang para sarjana Hubungan Internasional Indonesia yang terhipnotis dan menjadi follower nya Hubungan Internasional Barat khususnya Amerika. “Teori Hubungan Internasional Barat harus dikritik dan dibongkar landasan berpikirnya sebab basis rasional pemikiran Hubungan Internasional Barat adalah materi. Basis rasional tersebut justru membuat pemakai pemikiran/teori tersebut menjadi tidak terbatas yakni melayani hasrat manusia bukan melayani kebutuhan ilmu pengetahuan”, ungkap Musa. Lebih lanjut Musa berkata “Tindakan keserakahan dan penguasaan absolut dengan cara-cara kekerasan atau militeristik dalam dunia internasional masih didominasi oleh tradisi pemikiran barat”. Oleh sebab itu pendekatan non- Barat diperlukan.
Perlu ada pendekatan seperti pendakatan Jawa dan pemikiran filosofis tertentu yang bisa mewarnai atau menantang tradisi pemikiran/teori Hubungan Internasional Barat. Laode Muhamad Fathun memberikan contoh konkrit dalam menawarkan berbagai macam kritik atas Hubungan Internasional Barat. Dia menganalisia kebijakan luar negeri Indonesia dari era ke era menggunakan Teori Mandala. Teori Mandala adalah bagian dari Teori Non Barat yang berkembang di India. Namun Teori ini juga masih relevan dengan perilaku negara-negara di dunia. Bahkan jika dikontekskan dengan tradisi kebijakan luar negeri Indonesia dari era ke era, analisis Mandala menunjukan cara pandang dan aplikasi yang berbeda.
Diakhir penutupan, Musa memberi pesan bahwa belajarlah teori dan pemikiran sebab semuanya bersumber dari itu semua mindset adalah segalanya. Dunia akan perang atau damai tergantung pada mindsetnya. Oleh sebab itu mendalami pemikiran Indonesia dari jaman dahulu bahkan kerajaan, menjadi sangat penting. Buku Ilmu Hubungan Internasional hanyalah awal dari produksi keilmuan Hubungan Internasional sendiri sehingga Indonesia mempunyai posisi yang jelas dan unik di kancah dunia internasional.