FisipUPNVJ-Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta (UPNVJ), Marina Rospitasari, S.Kom.I., M.Si., menorehkan prestasi membanggakan dengan terpilih menjadi salah satu pemapar terbaik dalam kegiatan Training of Trainers (ToT) Program Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan (PPNK) Angkatan ke-223. Kegiatan bergengsi ini diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) pada 24 November hingga 3 Desember 2025.

Dalam kegiatan yang diikuti oleh dosen, guru, dan widyaiswara se-Provinsi DKI Jakarta ini, Marina berhasil memukau para penguji dan peserta melalui materi esai dan paparannya yang berjudul “Tantangan Ketahanan Nasional di Era Digital: Hegemoni Budaya Populer (K-Pop) dan Erosi Nasionalisme pada Gen-Z” Menyoroti “Soft Power” dan Kuda Troya Ekonomi.

Dalam paparannya, Marina menyoroti fenomena borderless world di era Globalisasi 4.0 yang membuat batas teritorial kedaulatan negara semakin kabur akibat arus informasi digital. Ia menekankan bahwa Indonesia, dengan bonus demografi yang didominasi Generasi Z, menghadapi tantangan serius berupa penetrasi budaya populer Korea Selatan.

“Fenomena K-Pop bukan sekadar tren hiburan, melainkan telah bertransformasi menjadi bentuk ‘indoktrinasi halus’ (subtle indoctrination) yang mempengaruhi pola pikir dan preferensi nilai generasi muda,” ujar Marina dalam presentasinya.

Marina menguraikan bahwa Korea Selatan secara efektif menggunakan budaya sebagai instrumen Soft Power—kemampuan untuk menarik dan mengooptasi alih-alih memaksa. Hal ini memicu “xenocentrisme”, yaitu pandangan bahwa budaya asing lebih unggul dibandingkan budaya sendiri, yang berpotensi melunturkan semangat nasionalisme.

Lebih jauh, ia menganalisis dampak ekonomi di mana hegemoni K-Pop bertindak sebagai “Kuda Troya” kapitalisme budaya. Hal ini menyebabkan aliran dana keluar (capital flight) yang signifikan melalui konsumsi produk hiburan asing, yang secara langsung mengancam keberlangsungan industri kreatif dalam negeri dan UMKM.

Sebagai solusi, Marina menawarkan strategi kontra-hegemoni melalui Patriotisme Ekonomi dan Literasi Digital Kritisdalam Kurikulum Bela Negara. “Bela negara di era digital adalah tentang kemampuan beradaptasi tanpa kehilangan jati diri,” tegasnya.

Prestasi ini mendapat apresiasi tinggi dari jajaran pimpinan FISIP UPN Veteran Jakarta. Dekan FISIP UPNVJ yakni Dr. S Bekti Istiyanto, M.Si, menyatakan rasa bangganya atas capaian tersebut. “Keikutsertaan dan prestasi Ibu Marina di Lemhannas RI membuktikan kualitas dosen FISIP UPNVJ yang tidak hanya mumpuni secara akademis, tetapi juga memiliki wawasan kebangsaan yang kuat. Isu yang diangkat sangat relevan dengan tantangan yang dihadapi mahasiswa kami, yakni Gen-Z. Kami mendukung penuh hasil pemikiran ini untuk diintegrasikan dalam pengajaran di kampus sebagai bentuk nyata Bela Negara,” ujar Dekan FISIP UPNVJ.

Senada dengan hal tersebut, Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Azwar, SS., M.Si, juga memberikan dukungannya. “Kami sangat mendorong para dosen untuk terus mengembangkan kompetensi strategis seperti ini. Materi mengenai literasi digital kritis dan revitalisasi budaya lokal yang disampaikan Ibu Marina sejalan dengan visi kami untuk mencetak lulusan yang berkarakter Pancasila dan berdaya saing global. Kami berharap ini menjadi inspirasi bagi dosen-dosen lain untuk terus berkarya bagi bangsa,” ungkap Wakil Dekan.

Kegiatan TOT PPNK Angkatan 223 ini mencakup berbagai agenda intensif mulai dari ceramah materi kebangsaan, diskusi kelompok (DK), diskusi antar kelompok (DAK), hingga praktik mengajar dan outbound. Keberhasilan Marina Rospitasari menjadi salah satu pemapar terbaik menegaskan komitmen UPN Veteran Jakarta sebagai Kampus Bela Negara dalam menjaga kedaulatan pikiran dan budaya di era digital.

× Hubungi Kami