FisipUPNVJ – BOGOR, Sabtu, 18 Oktober 2025. Tujuh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (FISIP UPNVJ) merasakan pengalaman yang berbeda ketika terlibat langsung dalam kegiatan pengabdian masyarakat bersama petani anggota dari Serikat Petani Indonesia (SPI) Cabang Bogor. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksankan dalam bentuk diskusi dan sosialisasi yang berlangsung di Aula SPI Bogor, Acara ini mengusung tema sosialisasi kebijakan pertanian berkelanjutan sekaligus kampanye produk agroekologi sebagai bagian dari upaya memperluas kesadaran publik.

Kegiatan diawali dengan pengantar dari Afgan Fadilla, Dosen Hubungan Internasional FISIP UPNVJ sekaligus ketua kelompok pengabdian. Ia menjelaskan tujuan kehadiran akademisi di tengah petani, sekaligus menekankan pentingnya mempertemukan kajian teoritik dengan praktik nyata di lapangan. Pengabdian masyarakat, menurutnya, tidak seharusnya berhenti pada aktivitas seremonial atau transfer pengetahuan satu arah, melainkan menjadi ruang belajar bersama yang melampaui batas-batas ruang kelas.

Paparan berikutnya disampaikan oleh Hartika, Dosen Hubungan Internasional yang memiliki latar belakang riset mengenai kemiskinan struktural dan isu lingkungan. Ia menelusuri perjalanan panjang kebijakan pertanian di Indonesia, dari masa kerajaan hingga era reformasi, dan menunjukkan bahwa politik pangan selalu berada dalam pusaran relasi kuasa. Pada periode Orde Baru, misalnya, program Revolusi Hijau memang mendorong peningkatan produksi, tetapi juga memperkenalkan sistem pertanian intensif yang bergantung pada pupuk dan pestisida kimia. Dampaknya, petani menghadapi ketergantungan modal serta kerusakan ekologis yang masih terasa hingga hari ini. Ia menilai wacana kedaulatan pangan kerap berseberangan dengan praktik kebijakan, terlihat dari masih berlanjutnya impor pangan dan lemahnya posisi tawar petani dalam pasar.

Dimensi komunikasi politik kemudian menjadi fokus pemaparan Fullah Jumaynah, Dosen Ilmu Politik UPNVJ. Ia menyoroti krisis representasi yang dialami petani, meskipun peran mereka sangat krusial dalam menjamin keberlangsungan pangan. Pertanian, menurutnya, tidak lagi cukup dipahami semata sebagai persoalan teknis produksi, tetapi juga sebagai arena politik yang menuntut strategi komunikasi. Dalam konteks ini, media dipandang sebagai ruang publik yang harus diakses dan diisi oleh narasi petani agar perjuangan mereka dapat dipahami oleh masyarakat luas. Agroekologi, sebagai praktik pertanian ramah lingkungan yang dikembangkan oleh SPI Bogor, dinilai memiliki potensi besar untuk diperkenalkan lebih luas melalui strategi komunikasi yang tepat.

Sesi diskusi menjadi ruang bagi petani untuk menyampaikan pengalaman, kritik, dan harapan mereka secara terbuka. Berbagai persoalan klasik kembali mengemuka, mulai dari ketimpangan penguasaan lahan, lemahnya akses pasar, hingga program pemerintah yang tampak besar di atas kertas tetapi tidak menyentuh realitas di lapangan. Fandi, Ketua SPI Cabang Bogor, menegaskan bahwa banyak kebijakan pertanian dirumuskan berdasarkan data administratif semata, tanpa melibatkan suara petani secara substantif. Akibatnya, kebijakan sering lahir di pusat-pusat kekuasaan, sementara persoalan nyata justru terjadi di desa-desa dan lahan pertanian.

Meski berlangsung dalam waktu terbatas, kegiatan ini ditutup dengan komitmen untuk membangun kerja sama berkelanjutan antara akademisi UPNVJ dan SPI Bogor. Kolaborasi ke depan direncanakan mencakup pendampingan advokasi, penelitian berbasis komunitas, serta produksi pengetahuan bersama sebagai upaya memperkuat posisi petani dalam struktur kebijakan.

Bagi dosen-dosen FISIP yang sehari-hari bergelut dengan kajian sosial dan politik, pengalaman pengabdian ini menegaskan bahwa kampus dapat berfungsi sebagai ruang pendidikan politik yang lebih luas dan inklusif. Petani tidak ditempatkan sebagai objek intervensi semata, melainkan sebagai subjek pengetahuan dan mitra dialog. Praktik-praktik kecil yang bersifat reflektif, dialogis, dan berbasis komunitas semacam ini berpotensi menjadi jembatan antara universitas, gerakan sosial, dan perubahan kebijakan. Pada akhirnya, pendidikan tidak hanya bertujuan mencetak tenaga profesional, tetapi juga mengorganisir pengetahuan agar mampu memperkuat perjuangan sosial. Selain 3 dosen pemapar, adapun 4 dosen lainnya yang terlibat aktif dalam pengabdian ini yaitu Gema Pertiwi dan Teddy Chrisprimanata Putra, Dosen Ilmu Politik UPNVJ, Lailatus Sholihah, Dosen Ilmu Komunikasi UPNVJ serta Winda Eka Pahla Ayuningtyas, Dosen Ilmu Hubungan Internasional UPNVJ.

× Hubungi Kami