FISIP UPNVJ menggelar Jakarta International Conference on Social Science and Humanities (JICoSSH) 2018 pada Kamis (15/11) di Hotel Aston Priority, Jakarta. Pagelaran ini mengundang pembicara utama dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Republik Indonesia, Gunawan Suswantoro, SH. M.Si berserta enam orang akademisi dari perguruan tinggi nasional dan internasional.

Enam akademisi itu di antaranya adalah: Prof. Moh Reevani Bustami Ph.D dari Universiti Sains Malaysia, Prof. Madoka Fukouka, Ph.D dari Osaka University, Dr. Nik Norma Nik Hasan dari Universiti Sains Malaysia, Afrimadona, Ph.D dari UPN “Veteran” Jakarta, Dr Mansoureh Ebrahim dari University of Technology Malaysia, dan Dr. Yasser Abdelrahim dari Gulf University for Science and Technology, Kuwait.

JICoSSH 2018 mengambil tema “Nationalism, De-radicalization, Sustainability, and World Harmony in Digital Era”. Serangkaian tema ini dipilih karena JICoSSH 2018 berupaya untuk mengeksplorasi fakta-fakta kritis yang menyeruak belakangan ini. Seperti jurang kemiskinan, munculnya gerakan-gerakan radikal, degradasi lingkungan, dan isu-isu lainnya.

“Ini merupakan hot issues di Indonesia,” ujar Dr. Anter Venus, M.Comm selaku Dekan FISIP UPNVJ dalam pidato sambutannya di awal acara.

Tidak hanya diskusi panel, JICoSSH 2018 juga mengadakan pengumpulan karya tulis ilmiah berupa luaran penelitian dan publikasi ilmiah yang akan diterbitkan di jurnal dan prosiding. Terkumpul 143 karya tulis ilmiah yang dikategorikan dalam enam tema yang berkaitan dengan tema-tema utama JICoSSH 2018.

Partisipan yang mengajukan karya tulisnya diberikan kesempatan untuk mempresentasikan dan mendiskusikan hasil penelitiannya. RR Dinar Soelistyowati, misalnya. Lewat penelitiannya yang berjudul “Politik Virtual: Sebuah Jembatan Baru Menuju Kancah Pemilihan Umum 2019”, akademisi dari Universitas Bhayangkara Jakarta Raya itu membahas bagaimana media sosial dapat menjadi media komunikasi politik yang baru.

Berdasarkan temuannya, ia berargumen bahwa kampanye politik di media sosial akan berpengaruh banyak dalam perolehan suara pada kontes elektoral di tahun depan. Sebab, media sosial dapat digunakan menjadi sarana untuk menyalurkan segala macam bentuk komunikasi. “Bedanya komunikasi politik dengan komunikasi lain ada pada substansinya. Pada komunikasi politik substansi pesannya bermuatan politik,” katanya saat mempresentasikan karyanya pada sesi kedua JICoSSH 2018. (M. Berlian)

× Hubungi Kami