FISIP UPNVJ – Energi merupakan kebutuhan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Saat ini penggunaan energi secara masif masih bergantung dari hasil fosil, seperti: minyak bumi maupun batubara. Akan tetapi, energi berbasis fosil tidaklah abadi. Ada titik tertentu dimana energi tersebut akan habis dan tidak dapat diperbaharui. Oleh karenya sejak dua dekade terakhir upaya untuk menghasilkan energi alternatif atau terbarukan terus digalakkan.
Guna mendiskusikan lebih lanjut mengenai prospek energi terbarukan, Program Studi Hubungan Internasional (HI) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”Jakarta (UPNVJ) menyelenggarakan kuliah umum dengan tema, “Prospek Lulusan Hubungan Internasional Dalam Bidang Energi Terbarukan Di Era Revolusi Industri 4.0” pada Kamis, 25 April 2019 dengan pembicara Ir. Mohamad Bawazeer, Presiden Direktur PT. Indodrill Company.
Menurut Bapak Mohamad, keinginan Indonesia untuk mengarah pada pengembangan energi terbarukan dapat ditinjau dari enam kondisi, yaitu: energi migas yang tidak ramah lingkungan, jumlah produksi migas yang terus menurun, cadangan migas yang menipis, eksplorasi migas yang membutuhkan waktu lama, alat produksi migas yang sudah tua, dan tingginya harga migas dunia. Oleh karenanya upaya-upaya untuk mewujudkan energi terbarukan yang hemat serta ramah lingkungan telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, kendatipun belum menemui hasil yang memuaskan.
Akan tetapi, Bapak Mohamad juga mencatat ada tiga problem dasar yang menjadi penghambat bagi pengembangan energi terbarukan di Indonesia, yaitu: mindset yang masih tergantung pada energi fosil, biaya pengembangan yang mahal dan infrastruktur yang belum memadai. Guna mengatasi hal tersebut setidaknya ada empat pilar utama guna melakukan optimalisasi energi, yaitu: kemampuan ekonomi, keamanan dalam menyediakan energi, kompabilitas lingkungan, serta sumber daya teknologi dan manusia yang mumpuni.
Di akhir kuliah umum, Bapak Mohamad juga menyatakan bahwa lulusan HI dibutuhkan dalam industri energi dalam menganalisis dan berkomunikasi dengan mitra kerja. Selain itu, energi terbarukan bukanlah program eksklusif suatu negara tertentu. Pengembangan yang dilakukan justru harus melibatkan antar negara ataupun non-negara agar energi yang dihasilkan dapat efektif dan efisien. Guna meyakinkan pengguna, maka lulusan HI harus menguasai objek pekerjaan yang hendak digeluti agar mampu meningkatkan kapasitas analisis dan negosiasi yang terkait bidang tersebut.
(Penulis: Rizky Hikmawan, S.IP., M.Si.)