FISIP UPNVJ – Pada tanggal 3 September 2020, FPCI Chapter UPN Veteran Jakarta melaksanakan Webinar (Web Seminar) berkenaan dengan kesuksesan Korea Selatan dan fenomena Korean Wave. Webinar ini memiliki beberapa fokus diskusi antara lain seperti kebudayaan, pendidikan, program beasiswa, lalu juga kerjasama antara Korea Selatan dengan Indonesia. Webinar BTS South Korea Edition di hadiri oleh 4 pembicara utama yaitu Christ Chang, Bsc dan Chang Tae Hee, S. E, M.Pd (Native Korean) perwakilan dari lembaga International Korean Cultural Study (IKCS), Garcia Krisnando Nathanael. S.sos., M.si, selaku Dosen UPN Veteran Jakarta, dan pembicara selanjutnya adalah Arvy Tazkia Azzahra sebagai perwakilan pemuda yang memiliki minat terhadap kebudayaan Korea Selatan.
Chang, Bsc selaku CEO dari lembaga International Korean Cultural Study di Indonesia memaparkan bahwa budaya Korea yang menyebar di dunia saat ini adalah budaya modern, dan memiliki perbedaan dengan kebudayaan Korea Selatan asli. Budaya Korea Selatan Asli sebenarnya memiliki karakteristik yang tenang, musik yang mendayu, menari dengan anggun, terinspirasi dari alam dan diambil dari budaya China kuno juga Jepang. Budaya yang ada saat ini merupakan hasil akulturasi dari budaya barat modern yang ada, sehingga terciptalah budaya Korea Selatan baru (modern) seperti K-pop, K-drama, K-makeup, K-food, K-Style, dan sebagainya.
Dalam hal pendidikan, Chang Tae Hee (Terry Chang) yang merupakan salah satu pengajar dan pengurus dari lembaga IKCS menjelaskan bahwa terdapat beberapa keuntungan bagi mahasiswa asing yang melanjutkan studi di Korea Selatan. Fasilitas yang disediakan untuk para pelajar juga sangat memadai, mulai dari akses internet gratis sampai padaperpustakaan ber-AC yang buka sampai 22 jam. Serta, hampir seluruh universitas di Korea Selatan menawarkan asrama. Selain itu, Di Korea Selatan banyak sekali toko atau tempat usaha yang membuka lowongan kerja Paruh waktu, sehingga para pelajar disana dapat bekerja dan memiliki uang saku tambahan.
Selanjutnya, Garcia Krisnando Nathanael, S.sos, M.Si, selaku Dosen UPN Veteran Jakarta, memaparkan bahwa kerjasama kebudayaan antara Indonesia dan Korea Selatan dimulai pada tahun 2007, dengan meratifikasi perjanjian kerjasama budaya. Terlepas dari itu, menurut Garcia, terdapat dampak positif dan negative dari tersebarnya pengaruh budaya Korea Selatan ke Indonesia. Dampak positif yang di timbulkan diantaranya adalah menambah wawasan dunia, menciptakan inspirasi, mengajarkan kemandirian, sarana untuk menambah relasi dan membangkitkan motivasi diri. Dampak negatifnya adalah kurangnya ketertarikan terhadap produk dalam negeri, rendahnya wawasan akan budaya lokal, lupa akan waktu karena mengidolakan seseorang secara berlebihan, gaya hidup konsumtif dan boros.
Berikutnya adalah sesi pemaparan dari Arvy Tazkia Azzahra yang merupakan mahasiswa FISIP UPN Veteran Jakarta. Ia menaruh minatnya terhadap kebudayaan Korea Selatan sejak lama. Arvy memberikan beberapa alasan mengapa ia menyukai Korea Selatan, menurutnya acara-acara ragam asal Korea Selatan dinilai sangat kreatif dan dapat memeberikan hiburan yang baik, tidak pasaran, otentik, serta aspek Korean Hi-tech yang dikembangkan pun sangat menarik. Di luar dari pada ketertarikannya terhadap budaya Korea, Arvy tetap berusaha untuk mempertahankan wawasan nasionalnya. Itu sebenarnya yang harus kita pertahankan.
Selanjutnya, webinar diteruskan ke sesi diskusi dengan mengambil 3 pertanyaan terpilih oleh moderator dari peserta untuk para pembicara. Pertanyaan pertama, dari Teofilus Setia Wahyudi yang ditujukan untuk Bapak Christ Chang. Ia bertanya mengenai pengaruh keberadaan diaspora Korea dan etnis Korea Selatan di berbagai negeri terhadap national branding dan culture branding daripada Korea Selatan. Pemateri merespon dengan mengataan bahwa keberadaan diaspora atau orang-orang Korea Selatan tidak terlalu berpengaruh terhadap national brand atau culture branding dari Korea Selatan. Hal yang mempengaruhi adalah keberadaan produk-produk asal korea yang di ekspor ke luar negeri dan penyebaran budaya lewat minat dan ketertarikan warga negara lain.
Pertanyaan kedua dari Venusia, ditujukan untuk Bapak Terry Chang. Ia menanyakan soal proposal student exchange dan seleksi Universitas di Korea Selatan. Jawaban Pemateri adalah untuk mengajukan student exchange harus ada rekomendasi atau kerjasama atau MOU dengan pihak universitas. Lalu, selain TOPIK level 3, yang harus dipenuhi untuk tahap seleksi adalah dokumen-dokumen umum yang harus lengkap dan jelas.
Pertanyaan Ketiga dari Tarissa, yang ditujukan kepada Garcia Krisnando. Ia bertanya mengenai kesempatan Indonesia untuk menjadi negara maju seperti Korea Selatan melalui aspek kultural beserta hambatannya. Jawaban Pemateri adalah Indonesia memiliki kesempatan untuk menjadi negara maju lewat aspek kultural. Hal yang harus dilakuan oleh Indonesia untuk maju lewat aspek kultural yang utama adalah kemauan dari masyarakatnya bersama-sama berusaha memajukan kebudayaan Indonesia. Tapi pada kenyataannya itu terkadang menjadi hambatan karena kurangnya kesadaran dan SDM yang belum dikembangkan dengan baik.
Pada akhirnya, dari webinar ini dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan transmisi budaya yang dilakukan oleh Korea Selatan bukanlah hal yang instan, melainkan telah melewati serangkaian usaha dan proses yang dikemas dengan baik. Kebangkitan Korea Selatan setelah terjadinya perang Korea tahun 1950 yang menghancurkan berbagai aspek kehidupan, lalu mereka berjuang untuk bangkit, dan menemukan peluang yang dimanfaatkan dengan baik, sehingga Korea Selatan dapat menjadi negara yang maju saat ini, dapat menjadi inspirasi bagi kita. Ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan telah menjadi faktor pendorong terjadinya hubungan baik antara Korea Selatan dan Indonesia, yang selanjutnya melahirkan banyak projek kerjasama yang menguntungkan kedua negara. Sebagai pemuda Indonesia, kita harus bisa menyikapi dengan baik masuknya budaya asing ke negeri ini. Kita boleh mengagumi budaya asing tersebut, akan tetapi kita tidak boleh lupa untuk memartabatkan kebudayaan bangsa kita sendiri.
Penulis: FPCI Chapter UPNVJ