FISIP UPNVJ – Hari Kamis, 16 Februari 2023 telah diadakan Kuliah Umum mengenai “Pelaksanaan Pemilu dan Diplomasi Timor Lestedalam Persiapan Menjadi Anggota ASEAN”. Kuliah Umum diawali dengan pengantar dari Dr. Kusumajanti, S.Sos., M.Si selaku Plt. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta. Dr. Kusumajanti menyatakan keingintahuannya mengenai politik di Timor Leste dan bagaimana diplomasi Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh narasumber, yaitu Dr. Arif Abdullah Sagran (Wakil Rektor bidang Hubungan Kerja Sama Universidade Dili) yang dimoderatori Restu Rahmawati, S.Sos., MA (Dosen Program Studi S1 Ilmu Politik FISIP UPN “Veteran” Jakarta.
Di acara inti ini, narasumber mengawali pemaparan dengan menjelaskan mengenai sejarah Timor Leste dari yang pada awalnya merupakan jajahan Portugis, kemudian menjadi negara PBB, kemudian masuk menjadi bagian dari NKRI, hingga pada akhirnya melalui referendum 19 Oktober 1999 Timor Timur memilih untuk lepas dari NKRI (sebanyak kurang lebih 75% masyarakat Timor-Timur memilih agar Timor-Timur melepaskan diri dari Indonesia dan 25% masyarakat Timor-Timur memilih agar Timor-Timur tetap menjadi bagian dari NKRI). Narasumber juga menjelaskan bahwa di Timor Leste, presiden merupakan kepala negara, dan perdana menteri merupakan kepala parlemen. Di Timor Leste, presiden, anggota parlemen, dan kepala desa dipilih secara langsung. Apabila pada pemilu presiden pemenang pemilu mencapai suara sebanyak 50%, maka dapat langsung membentuk pemerintahan, dan apabila mendapatkan suara kurang dari 50%, maka harus berkoalisi.
Dr. Arif Abdullah Sagran kemudian menjelaskan bahwa untuk menjadi anggota ASEAN merupakan perjuangan yang tidak gampang bagi Timor Leste. ASEAN mengadakan pertemuan lebih dari 500 kali dalam setahun, dimana apabila dihitung kembali rata-rata ASEAN mengadakan pertemuan sebanyak 2 kali setiap harinya. Menurut narasumber, sebenarnya, masuknya Timor Leste menjadi anggota ASEAN justru lebih banyak kerugiannya, dimana akan membutuhkan banyak biaya untuk menghadiri pertemuan-pertemuan tersebut, sementara APBN Timor Leste mayoritas hanya berasal dari BUMGas. Timor Leste saat ini juga sedang berjuang untuk masuk ke WTO, dan narasumber juga berpendapat bahwa Timor Leste belum siap untuk pasar bebas.
Kemudian, sesi selanjutnya adalah sesi tanya jawab, dimana La Ode Muhamad Fathun (dosen S1 Program Studi Hubungan Internasional UPN “Veteran” Jakarta) ingin mengonfirmasi mengenai pertimbangan yang membuat Timor Leste memutuskan untuk keluar dari NKRI. Hal tersebut kemudian ditanggapi oleh narasumber, bahwa dari awal Timor Leste bukan merupakan jajahan Indonesia. Saat itu, Timor-Timur (Timor Leste saat ini) memiliki kesamaan sejarah dengan daerah lain di Indonesia saat itu, dimana ia menjadi jajahan dari bangsa Eropa. Setelah memiliki kesempatan untuk merdeka, maka Indonesia pada saat itu merangkul Timor-Timur untuk menjadi bagian dari NKRI. Namun, karena adanya politik internasional, maka kemudian muncullah narasi bahwa Timor-Timur dijajah oleh Indonesia, hingga akhirnya masyarakat Timor-Timur diberikan hak referendum yang akhirnya Timor-Timur memilih untuk melepaskan diri dari Indonesia. Di akhir pernyataannya, narasumber juga menyatakan bahwa Indonesia dan Australia bukan merupakan
ancaman bagi Timor Leste.
Sesi yang terakhir adalah closing remarks dari kepala KUI (Dr. Bambang Susanto, MA.), yang menyatakan bahwa UPN “Veteran” Jakarta sudah beberapa kali bekerjasama dengan Universitas Dili, dan juga menyatakan harapannya untuk dapat bekerjasama dengan universitas-universitas di negara-negara Mikronesia. Acara kemudian diakhiri pada pukul 12.26 WIB dengan melakukan foto bersama