Mohammad Reevany Bustami, Ph.D. dari Universiti Sains Malaysia memberikan kuliah tentang Nusantara di Jakarta International Conference on Social Sciences and Humanities (JICoSSH) 2018. Menurutnya, seluruh negara yang ada di rumpun Malay Archipelago adalah satu.
“Kita pernah menjadi satu,” jelasnya, “datangnya penjajah yang memisahkan kita.”
Definisi sebenarnya dari Nusantara adalah “ruang bagi kontestasi paradigma”. Menurut Mohammad, penegasan ini perlu dilakukan. “Ada banyak pihak yang ingin men-define Nusantara. Mereka akan mengatur apa yang harus kita lakukan,” katanya.
Setelah menemukan definisi yang tepat, barulah kita dapat mengetahui identitas kita yang sesungguhnya. Nusantara berasal dari wilayah Sundaland yang terbentang dari Semenanjung Malaya hingga ke pulau-pulau besar seperti Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan pulau-pulau di sekitarnya.
“Kita sudah satu sejak dulu. Bukan hanya satu rumpun, tapi satu darah,” ujar Mohammad.
Persatuan ini hancur sejak kolonialisasi sampai di Nusantara. Kolonialisme memberi dampak pelemahan hingga penghilangan teritori, solidaritas, sejarah, identitas, kemanusiaan, martabat, kedaulatan spiritual, dan takdir.
Untuk itu perlu diupayakan dekolonialisasi, pembebasan, dan independensi. “Dekolonisasi masyarakat kita, dan klaim kembali diri kita,” tutur Mohammad.
Upaya-upaya ini diwujudkan lewat Sumpah Alam Nusantara yang akan dicanangkan 13 Desember nanti. Terinspirasi melanjutkan semangat Gadjah Mada dan komitmennya menyatukan Nusantara dahulu kala. “Bersatu kita teguh, bercerai kita roboh,” tutup Mohammad. (M. Berlian)