Gempa bumi Lombok yang terjadi pada bulan Juli 2018 telah menyedot perhatian kita semua. Terjadi gempa pertama pada 29 Juli 2018 dan disusul dengan gempa-gempa setelahnya membuat kondisi Lombok kini menjadi luluh lantah. Dengan adanya gempa tersebut membuat banyak masyarakat Lombok menjadi korban bencana dan membutuhkan uluran tangan. Menurut salah seorang korban, Ketut Permadi, kondisi sebagian masyarakat Lombok kini trauma terhadap gempa, “rata-rata kondisi masyarakat disini masih dalam keadaan trauma, takut masuk dalam rumah. Semua pada mengungsi, takut dengan gempa. Rumah warga rata-rata semua sudah rata menjadi tanah,” ujar Ketut.
Tidak hanya rumah, sekolah tempat belajar mengajar pun kini hanya tinggal reruntuhan.
“Kami membutuhkan tenda darurat untuk anak anak kami sekolah. Karena yang kita tahu di Lombok Utara ini banyak sekolah-sekolah yang hancur total, jadi untuk pendidikan anak sekolah itu kita butuh tenda darurat untuk guru mengajar,” ujar seorang Kepala Dusun Jugil, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara.
Pada 15 Agustus 2018, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta berkesempatan untuk mengirimkan Tim Relawan yang terdiri dari lima orang mahasiswa keperawatan, dua orang mahasiswa kedokteran, satu orang mahasiswa hukum, dan satu orang mahasiswa ilmu komunikasi, serta tiga orang dosen dari keperawatan dan kedokteran untuk datang ke Lombok terkait bencana gempa bumi yang terjadi. Disana, Tim Relawan UPNVJ tidak hanya memberikan bantuan secara simbolik tetapi mereka juga ikut turun tangan untuk membantu korban bencana dengan kegiatan layanan kesehatan.
“Dihari pertama hanya laporan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jadi setiap relawan wajib melapor ke BNPB untuk mengetahui diletakan di pos mana. Mulai di hari kedua kita ditempatkan di Puskesmas Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Kegiatannya adalah layanan kesehatan, jadi seperti pemeriksaan warga yang ingin memeriksakan kesehatan, lalu trauma healing yang tujuan utamanya untuk anak usia masih sekolah itu, karena anak yang masih sekolah itu benar-benar trauma dengan gempa. Sebenarnya bukan anak-anak saja, kalau takut itu semua (kalangan) sampai orang tua pun masih takut buat masuk kedalam rumah.” Terang Bayu Aziz, salah satu anggota tim relawan dari Mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi FISIP UPNVJ.
Selama tujuh hari tim relawan bertugas disana, Bayu yang bertugas untuk mendokumentasikan kegiatan mengatakan bahwa setiap hari mereka tak luput dari guncangan gempa, “Sehari bisa (terjadi gempa) tiga sampai empat kali dengan kekuatannya 3.5 SR sampai 4 SR. Paling besar itu di hari minggu (18 Agustus 2018) kekuatannya hampir 7 SR dan itu kejadiannya pas jam 9 atau jam 10 malam. Jadi kondisi tim sedang evaluasi di dalam ruangan, tiba-tiba gempa dan kami menyelamatkan diri ke lapangan,” ujarnya
Walaupun demikian, tentunya tim relawan UPNVJ mendapatkan pengalaman yang berkesan. Diungkap oleh salah satu dosen yang turut serta dalam kegiatan tersebut, Desak Nyoman Sithi, S.Kp.,MARS, tugas kerelawanan ini berkesan sekaligus mencemaskan, pasalnya mereka harus tetap memberikan pelayanan terbaik walau gempa mengguncang.
“Kesan pertama kita melakukan tugas ini yang pertama seru. Kenapa seru? Bisa bertemu banyak tim dari berbagai organisasi yang tergabung disini sekitar 177 organisasi yang terkait kebencanaan, terdiri dari orang-orang yang sangat hebat. Kemudian yang kedua adalah didalam melaksanakan tugas ini banyak teori yang tidak ada, yang didalam teori ada tetapi dilapangan tidak ada, kemudian dilapangan ada, teorinya tidak ada. Kita pun sebagai relawan juga penuh was-was karena gempa itu masih berjalan secara konsisten, jadi itu juga membuat kita jadi cemas dalam melaksanakan tugas,” jelas dosen dari Fakultas Ilmu Kesehatan tersebut.
Dengan adanya kegiatan ini, Tim Relawan dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta juga merasakan bahwa tali persaudaraan antar Warga Negara Indonesia semakin mengerat, dan tentunya hal ini merupakan salah satu implementasi dari bela negara mengingat prinsip dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta yakni sebagai Kampus Bela Negara.
Penulis : Chyntia S.